Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Makassar




Yang namanya rezeki bisa dalam bentuk apa saja. Uang, kesehatan, jodoh, dan lain-lain. Kali ini rezeki yang didapat berupa tiket ke Makassar. Saya masih ingat saat mamah mengabarkan akan ke Makassar dan saya boleh ikut.

Biasanya, jika mamah ke Makassar saya dan Bapak tidak pernah ikut. Walaupun lahir di Makassar, saya tidak pernah tinggal di sana. Terakhir kali ke Makassar itu saat akan pindah dari Jayapura ke Purwokerto. Itupun hanya sempat singgah satu bulan. Tapi sempat bersekolah di Makasssar selama dua minggu karena takut ketinggalan pelajaran.

Inget banget tuh masih dapet nilai jelek. WKWKWK.

Waktu itu saya masih kelas 2 SD. Dulu, selama 1 bulan di Makassar, saya tuh sering banget manjat pohon jambu tetangga. Suka minta kecap sama nenek yang saya pun nggak ngerti kenapa sih suka minta kecap. Dan sering dikasih uang sama nenek.

Sekarang saya sudah besar, sudah 10 tahun tidak ke Makassar dan tidak ingat siapa-siapa di sana.

Saya berangkat tanggal 24 Oktober 2012 jam 6 pagi dari Jogja. Jam 4 pagi saya dan mama sudah check in dengan diantar Bapak. Ini bukan pengalaman pertama naik pesawat sebenarnya, tapi dulu naik pesawat pas masih kecil dan sudah lupa rasanya bagaimana. Sempat deg-degan saat harus naik pesawat, mungkin efek maraknya kecelakaan membuat sedikit parno. Tapi perjalanan selama 1 jam 45 menit tidak begitu terasa lama. Aku sampai Makassar pukul 08.45 WITA. Kesan pertama begitu sampai adalah: Makassar panas.

Saya sudah dijemput oleh tante, sepupu dan keponakan. Selama di sana, saya dan mamah tinggal di rumah kakak kedua mamah. Anak dari tante saya ini kalau tidak salah ada 7 dan semua sudah berkeluarga. Jadilah aku punya banyak keponakan di sana sampai-sampai baru berhasil mengingat nama-nama mereka dalam beberapa hari. Selama aku di Makassar, sepupu-sepupu ikut tinggal di rumah tante dan rumah jadi begitu penuh.

Setelah beristirahat, saya menuju ke rumah kakak pertama mamah untuk menemui saudara-saudara yang lain sembari menunggu mamah yang membeli kambing untuk kurban. Satu hal yang saya jadi tau, orang Makassar setelah pulang sekolah atau kerja jarang langsung pulang ke rumah. Biasanya mereka akan main di rumah saudara dulu. Beda dengan di Jawa, pulang sekolah atau kantor ya pulang, tidur.

Hari Kamis, seperti biasa aku bangun kesiangan. Sudah biasanya di Jawa bangun siang, di Makassar jadi semakin siang karena waktunya lebih  cepat satu jam. 

(Alasan apa ini)

Mamah pergi ke pasar dan keponakan-keponakan saya sekolah. Tugasku hanya menjaga keponakan yang baru berusia satu tahun. Sekadar informasi, di Makassar jam masuk anak sekolah tidak selalu pagi. Malah kebanyakan siang. Dulu waktu aku SD di Makassar saja masuk jam dua siang.

Namanya Fathur

Sore hari, mamah ngajak jalan-jalan ke Pantai Losari. Sebelum ke Pantai Losari, kita mampir dulu di Masjid terapung. Dikatakan terapung karena masjid ini dibangun di atas air di Pantai Losari. Sayangnya Masjidnya belum sepenuhnya jadi, masih dalam tahap pembangunan.





banyak kan keponakanku? ini belum semua :)

Setelah itu, lalu menuju pantai losari.




Hari Jumat. Idul Adha. Setelah sholat Ied lalu kami sekeluarga pergi ziarah ke makam Kakek Nenek. Ada kejadian menarik, di mana kami para orang dewasa masih sibuk membersihkan makam, keponakan yang masih kelas 4 SD justru berdoa terlebih dulu tanpa ada yang menyuruh.

“Ya Allah, ampunilah dosa nenekku. Terima dia di sisimu. Masukkan dia ke dalam surgamu.”

Padahal dia mungkin masih sangat kecil waktu nenek meninggal, tapi dia mendoakan dengan begitu tulus.


Sepulang dari ziarah, aku berkunjung ke rumah sepupuku. Dulu saat aku masih kelas 3 SD dia pernah ikut ke Purwokerto untuk mencari kerja walau ujung-ujungnya dia memutuskan untuk pulang. Waktu itu dia masih bujangan. Dia yang membantu mengerjakan PR-PR-ku. Sekarang dia sudah punya 1 anak dan istrinya tengah mengandung lagi. Waktu memang benar-benar berjalan.


Kami pulang saat hari sudah sore dan begitu sampai rumah aku bersiap-siap untuk tidur namun sepupuku membangunkan. Dia mengajakku jalan-jalan ke Malino. Malino ini adalah salah satu wisata alam seperti puncak Bogor. Jarak tempuhnya kira-kira 2 jam dan jalannya berkelak-kelok. Tempat yang kami kunjungi adalah air terjun ketemu jodoh. Unik. Kali-kali aja pulang bawa jodoh, kami ke sana. 

pemandangan di Malino

Air terjun ketemu jodoh


Setelah dari air terjun, kami masih harus naik lagi karena akan menjemput istri dari sepupuku yang sedang merayakan idul adha di rumah. Perjalanan panjang dan melelahkan, kami sampai di Makassar lagi jam 12 malam.

Hari Sabtu kami akan melakukan perjalanan panjang lagi. Kami pergi ke desa nenek di Segeri. Segeri adalah sebuah kecamatan di kabupaten kepulauan Pangkajene, dengan jarak tempuh sekitar 2 jam dari kota Makassar. Saya, mamah, dan kedua tante ditinggal di tempat saudara mamah sedangkan sepupu-sepupuku yang lain pergi pulang kampung ke rumah istri sepupu saya. Segeri benar-benar daerah yang sangat mempertahankankan adat istiadatnya dan tidak terbawa arus modernisasi. Semua rumah di Segeri adalah rumah panggung. Di sana hujan sepanjang sore, dan saya menikmati hujan dengan duduk di teras rumah. Beruntungnya, pemandangan di depan rumah adalah bukit. Begitu malam datang, sama sekali tidak ada penerangan di alan. Bahkan, untuk ke kamar mandi pun harus membawa lampu teplok. Penerangan hanya di dalam rumah, dengan suara anjing menggonggong di sana sini. Di Segeri banyak sekali anjing, tapi jangan khawatir karena anjingnya justru takut dengan manusia baru. Dan ternyata, jika mau (maaf) buang hajat, orang di sana melakukannya di sungai atau pinggir jalan. 

pemandangan depan rumah

Hari minggu paginya, saya dan mamah berjalan-jalan sambil mencari perlengkapan mandi. Kami tidak juga menemukan warung maka kami bertanya pada penduduk setempat. Mamah bertanya menggunakan bahasa daerah dan aku melongo saja karena tidak paham satu dua kata pun.

Segeri di pagi hari.

semuanya rumah panggung.

Sebenarnya saya tidak berniat untuk mandi. Karena saya pikir akan dijemput pagi-pagi. Tapi ternyata sampai jam 9 dia berkata kalau baru akan jalan. Berarti. Butuh. Dua. Jam. Lagi. Untuk. Sampai. Segeri. Sabar.

Airnya seger banget loh :)

Dengan segala keributan yang ada akhirnyasaya mandi. Kamar mandinya hanya tertutup seng yang sudah banyak bolongnya dan hanya menutupi sampai leher. Mandinya pakai sarung, bukan handuk. Aku ngotot tidak ingin lepas sarung saat mandi karena kamar mandi berada di luar rumah. Ternyata... airnya seger banget. Malah jadinya ketagihan mandi.

Jengkel. Kesel. Semua jadi satu waktu sepupu baru sampai jam 12 siang dengan keadaan semuanya mabok darat sehingga jam 1 kami baru pulang ke Makassar. Waktu meninggalkan rumah di Segeri, ada perasaan lega, dan ada perasaan sedih. Sedih. Kapan lagi bisa ke sana. Suasana di Segeri benar-benar nyaman.

perjalanan pulang dari Segeri

Sampai lagi di Makassar sekitar jam 3 siang. Sesudahnya saya langsung tidur dan menikmati kasur karena di Segeri kami tidur melantai. Malamnya di rumah ada yang mau menikah. Kebetulan, salah satu sepupuku perias pengantin dan rumah sering dijadikan tempat diadakan ijab Kabul. 

Hari senin, saya disuruh berkemas karena akan pindah menginap di rumah kakak ibu yang pertama. Sepanjang hari aku bermain dengan keponakan-keponakan karena hari itu terakhir bertemu. Malamnya aku sudah dirumah tante yang lain. Anaknya ada 5 dan semua juga sudah berkeluarga.

Hari selasa jadwal padat. Saya pergi berbelanja ke Makassar Trade Center lalu menuju Pasar Sentral. Banyak barang dijual di sana dengan harga murah. Setelah itu menuju pinggir pantai untuk membeli oleh-oleh. Selama di Makassar, kami bepergian menggunakan pete-pete.

Selesai berbelanja, saya berkunjung rumah kakak ke empat Ibu. Rumahnya  cukup jauh. Saya baru pernah bertemu dengan sepupu dari keluarga itu.

Aku pulang dengan tergesa-tergesa karena sore ini sepupu saya berjanji mengajak ke Trans Studio. Tapi begitu pulang sepupu saya sedang pergi dengan istrinya. Terpaksa saya mengalah dan pergi ke Trans Studio hari Rabu dengan mamah dan tante. Kami sampai jam 9 pagi dan menjadi pengunjung pertama. Sengaja kami datang pagi-pagi karena sore hari aku sudah akan pulang. Oke, Trans studio memang keren banget. Sayangnya, wahananya belum terlalu banyak seperti di Bandung dan dalam beberapa jam saja semua wahana sudah dicoba.






Kami keluar jam 1 siang dan menuju rumah sepupu yang lain. lagi. Sore jam 5, saya sudah menuju bandara karena pesawat terbang menuju Jogja jam 7. Satu minggu yang sangat menyenangkan, semoga bisa kembali secepatnya.

Goodbye, Makassar!


Comments