Highlight
- Get link
- X
- Other Apps
Labels
Buku Harian
Terkadang
ingatan sering berkhianat. Peristiwa-peristiwa yang
silih berganti memaksa beberapa ingatan keluar untuk digantikan dengan ingatan
baru. Tidak ada yang bertanggung jawab untuk memori yang
terkikis waktu, namun setiap orang berhak untuk menyimpan
memorinya. Mungkin lewat lensa, mungkin juga lewat pena.
Saya melihat meja rias terasing di kamar yang sudah ditinggalkan sejak awal kuliah dua tahun lalu. Di dalam lacinya terdapat tumpukan buku yang berdebu
serta kertas-kertas yang berserakan. Tidak ada siapa-siapa dirumah dan perlahan saya
keluarkan seluruh isi laci sambil menahan bersin karena debu. Ada buku tulis
dan buku cetak saya saat berada
di SMP. Tapi bukan itu yang membuat
terpana. Ada kotak sepatu yang sudah beralih fungsi menjadi kotak rahasia. Saya membuka kotak itu lalu
tersenyum-senyum. Kotak itu berisi buku harian.
Saya melihat buku harian berwarna hijau di tumpukan atas: itu buku harian pertama. Saya
masih SD ketika
memilikinya dan lupa darimana mendapatkannya. Buku harian itu berisi tentang
persahabatan. Saya lantas tertawa
melihat bagaimana cara saya menuliskan
kehidupan dengan sudut pandang anak SD. Buku harian itu menceritakan masa SD: tentang sahabat-sahabat yang berkhianat namun tetap
ada dan sahabat-sahabat baru yang terus datang,
tentang teman-teman sekelas saat SD yang menyenangkan, bahkan tentang saya
yang kerap dihukum oleh guru bahasa inggris. Saya
menelisik jauh ke dalam ingatan. Tulisan-tulisan itu mengingatkan akan banyak
hal. Saya tidak cukup polos saat itu, tetapi cukup
kekanak-kanakan. Tipe anak SD yang terlalu sering menonton sinetron Bidadari lalu
lantas menjadi sok dewasa.
Buku Harian saat SD |
Lalu
ada buku harian kecil yang begitu manis dan saya
menyukainya. Buku harian itu hadiah ulang tahun dari teman dekat sekaligus
tetangga rumah, berisi tentang masa-masa MOS saat
di SMP. Di buku harian itu saya terlihat
merindukan teman-teman SD dan tersirat kehidupan
SMP sudah agak penuh dengan drama. Buku harian itu hanya terisi beberapa
lembar. Sebagian besar kertasnya sudah tidak ada: saya
lupa merobeknya secara sengaja atau tidak . Lalu di tumpukan
selanjutnya ada buku harian berwarna kuning yang dibeli dengan uang lebaran. Buku harian saat berada di
kelas 1 SMP itu mulai penuh dengan drama dan saya
tahu hidup sudah mulai tidak menyenangkan. Buku itu banyak berisi hal-hal yang
ketika dibaca memaksa saya mengingat
lagi peristiwa-peristiwa yang tidak disukai. Banyak peristiwa yang cukup berurai
air mata terjadi. Kabar
baiknya, saya punya
sahabat baik yang selalu saya tulis
di sana, lengkap dengan konfliknya.
Buku Harian saat SMP, kelas 1. |
Setelah puas mengenang masa-masa tak menyenangkan, saya tertarik dengan
tumpukan kertas binder yang cukup tebal. Itu adalah kisah di kelas 2 SMP dan hidup terlalu
menyenangkan. Menemukan sahabat-sahabat baru dan teman-teman kelas yang
sederhana saja. Bercerita juga tentang prestasi-prestasi
yang mulai saya raih. Lucunya, buku harian itu
menunjukkan betapa rajinnya saya waktu itu. Menjadi
juara kelas dan pernah menjadi juara lomba
mendongeng. Hidup terfokus pada teman-teman, laki-laki, dan pelajaran. Semuanya
seimbang.
Dibawah tumpukan kertas binder tidak kutemukan lagi diary. Yang ada hanyalah buku tulis yang
tak terlalu tebal. Sejak kelas 3 SMP, saya menulis di buku tulis
biasa. Teman sekelas di kelas 3 SMP sama dengan teman sekelas di kelas 1 SMP.
Lagi-lagi hidup penuh drama. Di kelas 2 SMP saya bertengkar
dengan sahabat yang selalu saya tulis di
kelas 1 SMP hanya karena salah paham remaja yang sedang PMS. Maka saat duduk di
kelas 3, saya terasing.
Kebetulan pendukungnya lebih banyak daripada yang ada di pihak saya. Kelas 3 SMP tidak begitu menyenangkan di kelas,
tetapi saya begitu terpacu. Permusuhan yang
terjadi justru menimbulkan motivasi hingga membuat saya mampu masuk di SMA favorit di saat
sebagian besar dari mereka tidak.
Buku Harian SMP, kelas 3. |
“Saya berterimakasih pada teman-teman kelas 1 dan 3 SMP. Berkat mereka, saya terpacu dan penuh emosional untuk menjadi lebih baik dari mereka.”
Saya tertawa membaca buku harian kelas 1 SMA. Lagi-lagi hidup tidak mudah, bahkan cukup sulit. Tetapi bertemu dengan lima orang
sahabat yang kemudian penuh dengan konflik menjadi bumbu tersendiri. Dan sampai sekarang, kami tetap bersahabat baik. Berpisah
dengan mereka cukup membuat ketar-ketir saat
masuk di kelas 2 SMA. Buku harian yang lagi-lagi berupa buku tulis hanya berisi
setengah buku. Di sana diceritakan bagaimana pertemuan pertama dengan
teman-teman baru, proses pertemanan dan hidup mulai menyenangkan di sana.
Selebihnya, saya tidak punya
buku harian lagi. Mungkin saya benar-benar menikmati hidup, atau memang benar-benar sedang membuat dunia
sendiri di tengah kejamnya kehidupan. Tetapi ketika mengingat-ingat masa-masa
di mana tidak menulis buku harian, saya merasakan kebahagiaan. Bahagia bersama teman-teman kelas yang begitu
membebaskan menjadi
apapun. Dulu hidup penuh tawa. Saya
pernah menangis karena cobaan Tuhan dan laki-laki, tetapi selebihnya tidak sempat
menangis lagi. Waktu habis di sekolah bersama
teman-teman yang menyenangkan, membuat
ribut di kelas, menjahili teman-teman, mengerjakan tugas, belajar
untuk ulangan dan remidi sampai tidak sempat mengingat rasa sakit apapun. Dulu saya bahagia.
Buku harian kelas 1 SMA. |
Buku harian awal kelas 2 SMA. |
Saya mengingat-ingat lagi kehidupan dua tahun belakangan
ini tapi tidak ada yang bisa diingat dengan baik. Tahu-tahu saja saya sudah sampai di titik ini tanpa bisa mengingat
apa-apa. Saya
sedikit menyesali ingatan yang sengaja dihilang-hilangkan. Mungkin saya harus
menulis buku harian lagi. Menuliskan hari-hari agar ada sedikit kenangan di
hari tua.
“Menulis buku harian menjadi salah satu target untuk semester lima. Ada banyak peristiwa yang sayang untuk dilupakan begitu saja, dan tulisan akan menjadikannya terkenang.”
Paling banyak dibaca
[ REVIEW ] My Mister: Terima Kasih Ahjussi dan Lee Ji An
- Get link
- X
- Other Apps
[ REVIEW ] Drama Korea A Love So Beautiful Buat Shin Sol-I dan Cha Heon
- Get link
- X
- Other Apps
[ Review ] Drama Korea Itaewon Class: Menjadi Tim Oh Soo Ah
- Get link
- X
- Other Apps
[ REVIEW ] Drama Korea School 2015: Who Are You setelah 7 Kali Menonton
- Get link
- X
- Other Apps
Backpacker ke Singapura - Malaysia dan Hal-hal yang Harus Disiapkan
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment
Berikan komentarmu untuk tulisan ini, yuk! Btw kalau mau komen bisa lewat PC ya :)