Highlight
- Get link
- X
- Other Apps
Labels
Luka Yang Menyembuhkan
Kamu,
memegang tanganku keras sekali sampai memerah sedangkan aku berusaha menepis
mati-matian. Terpaksa aku membiarkan kepalaku menyerahkan diri untuk berputar
ke arahmu. Sepasang mata tajam masih melekat di wajah tak tertebakmu yang kini tidak
terasa hangat lagi. Hatiku meronta meminta tolong. Memohon Tuhan menyelamatkan
hatiku, barangkali. Aku masih saja merasa meledak-ledak karena marah. Yang
kumaki tentu saja diriku yang bodoh, tetapi sesekali menyumpahimu ketika lepas
kendali.
“Berhenti
membenci.” Kalimat itu meluncur dengan mudahnya dari bibirmu yang merah. Aku
menyipitkan mata membuat garis sinis. Cukup berharap kamu tahu bahwa aku sedang
kesal akibat frustasi karena tetap saja mencintai ketika kamu melakukan
kejahatan. Saat kamu memilih berdusta dan menyembunyikan perempuan lain selama
120 hari dibalik pelukanmu.
“Maaf aku tidak bisa melepaskannya sekarang.”
Aku mencibir pernyataanmu. Kalimat itu terlalu konyol diucapkan. Kamu tidak pernah bisa melepaskannya. Namun kuanggap adil atas tangan kananmu yang menggenggamku dan tangan kirimu menggenggam perempuan lain. Tetapi seorang perempuan akan butuh kedua tangan laki-laki untuk menggendongnya saat ia lelah berjalan. Kurasa perempuan itu juga setuju denganku. Seluruh tubuhku dengan lantang mengatakan aku bodoh. Bahkan kudengar semesta mengatakan hal yang sama. Kamu tidak akan menunggu, aku saja yang lugu.
“Sekarang, apa yang akan kamu lakukan?”
“Pergi.”
“Ke mana?”
Aku menghela napas, menjawab dengan kokoh bagai karang yang diterjang ombak bertubi-tubi
“Mencari luka yang baru.”
Ada
dua hal yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan luka. Pertama, merawat sendiri
lukanya sampai sembuh. Sampai tidak sakit lagi meski bekasnya akan terus
terkenang. Kedua, mendapatkan luka yang baru. Maka luka sebelumnya akan
tertutup luka baru dan terlupakan. Dalam kasusku, aku belum menemukan obat
untuk menyembuhkan lukaku. Juga tidak mendapatkan kesabaran untuk merawat
lukaku secara perlahan-lahan. Maka aku memilih cara yang kedua. Meski itu
adalah suatu proses menyakitkan yang tidak akan berhenti. Sampai datang
seseorang, yang merawat lukaku dan menyembuhkannya.
Aku memikirkan Tuhan, tahu bahwa Tuhan memiliki alasan untuk membuat kita tak menjadi utuh.
“Selamat mencecap bahagia bersamanya. Terima kasih sudah pernah merasuki diriku. Kamu adalah luka yang menyembuhkan.”
Akhirnya aku tersenyum di balik kalimat luka yang menyembuhkan. Kamu mengangguk dan melepas genggamanmu. Aku yakin kamu mengerti maksudku.
“Selamat mencecap bahagia bersamanya. Terima kasih sudah pernah merasuki diriku. Kamu adalah luka yang menyembuhkan.”
Akhirnya aku tersenyum di balik kalimat luka yang menyembuhkan. Kamu mengangguk dan melepas genggamanmu. Aku yakin kamu mengerti maksudku.
Paling banyak dibaca
[ REVIEW ] My Mister: Terima Kasih Ahjussi dan Lee Ji An
- Get link
- X
- Other Apps
[ REVIEW ] Drama Korea A Love So Beautiful Buat Shin Sol-I dan Cha Heon
- Get link
- X
- Other Apps
[ Review ] Drama Korea Itaewon Class: Menjadi Tim Oh Soo Ah
- Get link
- X
- Other Apps
[ REVIEW ] Drama Korea School 2015: Who Are You setelah 7 Kali Menonton
- Get link
- X
- Other Apps
Backpacker ke Singapura - Malaysia dan Hal-hal yang Harus Disiapkan
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment
Berikan komentarmu untuk tulisan ini, yuk! Btw kalau mau komen bisa lewat PC ya :)