Highlight
- Get link
- X
- Other Apps
Labels
Matahari Terbit di Bukit Punthuk Setumbu
Dua
motor dan Honda jazz biru melaju menembus kegelapan saat sayup-sayup
suara adzan terdengar. Saya dan teman-teman menuju Bukit Punthuk Setumbu untuk
melihat matahari terbit pukul 04.00 dari Kabupaten Magelang. Untuk menuju ke
puncak Bukit Punthuk Setumbu, kami harus mendaki jalan yang menanjak dan licin
bekas hujan. Medan yang ditempuh cukup menantang, karena tidak ada penerangan.
Kami hanya menggunakan senter dari handpone
masing-masing. Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama, sampailah
kami di atas. Ternyata, sudah ada cukup banyak orang yang juga ingin melihat
matahari terbit. Tempat ini ramai, tetapi tidak perlu berdesak-desakan seperti
di Bromo. Fasilitas di atas ada musholla, penjual minuman hangat walau udara di
sana tidak terlalu dingin, juga ada petugas yang siap membantu kapan saja.
Menjelang
pukul 06.00, matahari mulai menampakkan cahayanya dari gunung (entah Merapi
atau Merbabu.) Berkas-berkas cahayanya menembus kabut yang mengelilingi
Borobudur. Dan ketika matahari sudah beranjak tinggi, pemandangan indah mulai
terlihat.
Borobudur yang tampak dikelilingi kabut |
“Eh itu apa sih? yang di sana itu? kok
kaya buah nanas”
“Ooooh, itu gereja burung tuh. Yuk coba
ke sana!”
Ketika
ada petugas yang lewat, kami bertanya jalan menuju Gereja Burung yang kata
Bapak petugas namanya Gereja Ayam. Namun tetap saja teman-teman menyebutnya
Gereja Burung. Jalur yang ditempuh bisa dengan berjalan kaki dari Bukit Punthuk
Setembu, dengan jarak tempuh sekitar 15 menit tetapi medannya sulit. Beberapa
pedagang menyarankan untuk naik kendaraan saja dan diberikan petunjuk. Karena
malam sebelumnya Magelang diguyur hujan, katanya jalanan menuju ke Gereja Ayam
akan sangat licin. Akhirnya setelah mendapat petunjuk arah, kami kembali memacu
kendaraan. Jalannya melewati perkampungan dan cukup sempit. Kendaraan diparkir
di rumah warga dengan membayar seikhlasnya. Dan begitu melihat jalan menuju
gerejanya, kami tertegun: Jalan bebatuan dengan kemiringan 90 derajat. Setelah
bersusah payah, kami sampai di atas dan ternganga. Kepala ayam yang sangat
besar menjadi bagian depan gereja, dikelilingi rerumputan liar.
“Woy, woy mau masuk lewat mana?”
“Lewat Brutunya dong, ayo!”
“......”
Benar
saja, bagian belakang Gereja adalah buntut ayam yang kami lihat seperti nanas
dari Bukit Punthuk Setumbu. Kami hanya menemukan jendela (atau entah dulunya
itu pintu dan ditutup setengah) sehingga kami naik dan melompat untuk masuk ke
dalam Gereja. Kalau saja bangunan ini jadi, pasti bagus banget. Jika kita
melihat ke luar jendela, pemandangan pegunungan terhampar di sisi kiri dan
kanan. Ada pencahayaan di atap berbentuk salib. Dan.. yang paling keren,
di lantai bawah terdapat gua. Entah apa maksudnya, karena ruangan di gua itu
sempit-sempit. Kami menyusuri gua yang sudah dihuni kelelawar dan menduga gua tersebut sekarang disalahgunakan
untuk hal-hal yang tidak baik. Kami akhirnya menemukan jalan keluar. Ternyata
ada pintunya dan dindingnya dipenuhi coretan-coretan yang tidak sopan. Setelah searching karena penasaran, ternyata
Gereja Ayam ini dulunya dibangun namun karena kurangnya biaya, maka bangunan
itu ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya. Sangat disayangkan.
Jala menuju gua |
Setelah
puas mengamati gua dan berfoto-foto, kami memutuskan untuk turun karena perut
yang belum diisi meraung-raung.
“Woy,
itu yang di depan jalannya cepet banget. Anggun iki mesti..”
“....”
“Anak
gunung. Huahaha...”
“....”
“Beratmu
piro e? Mlaku kok cepet banget. (Beratmu berapa sih? Jalan kok cepet banget)”
“.....”
Karena
udah lelah banget, saya berjalan turun dengan sangat cepat sedangkan
teman-teman di belakang kesulitan karena alas kakinya sangat licin
sehingga kalau tidak hati-hati akan terpeleset. Saya menatap sepatu all stars tali merah yang saya kenakan.
Sepatu yang sudah menemani saya ke banyak tempat.
Selfie everywhere.
"Eh, kok kamerane apik e nggo selfie? Ayo ayo meneh.."
Comments
Paling banyak dibaca
[ REVIEW ] My Mister: Terima Kasih Ahjussi dan Lee Ji An
- Get link
- X
- Other Apps
[ REVIEW ] Drama Korea A Love So Beautiful Buat Shin Sol-I dan Cha Heon
- Get link
- X
- Other Apps
[ Review ] Drama Korea Itaewon Class: Menjadi Tim Oh Soo Ah
- Get link
- X
- Other Apps
[ REVIEW ] Drama Korea School 2015: Who Are You setelah 7 Kali Menonton
- Get link
- X
- Other Apps
Backpacker ke Singapura - Malaysia dan Hal-hal yang Harus Disiapkan
- Get link
- X
- Other Apps
baguuuusss banget. salah satu dosenku pernah nunjukin hasil fotografinya ditempat ini juga mbak. ada kabut, borobudur, sama gunung merapi sekaligus. dan hasil fotonya dapet penghargaan national geographic kalau ga salah. Yogya dan sekitarnya itu emang gudangnya wisata yaa hehe
ReplyDeleteIyaa Din kalo orangnya pinter fotografi harusnya gunung sama borobudurnya kena, tapi aku kemarin cari sudut yg pas gak nemu. Emang keren bangeeeet Diiin disitu tuuh :D
ReplyDelete